Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Eps 1 | Gelas Kosong Bukan Pertanda Baik

 


Perdebatan kali ini sedikit lebih sulit. Parno yang terkenal penakut, selalu mengiyakan tiba tiba berubah menjadi sosok yang tak peduli dan tak mau kompromi.

Purna merasa aneh, selama 3 bulan semenjak Purna mengenal Parno dan memulai obrolan, Parno terlihat pasif dan selalu mengiyakan.

Bagi purna setiap diskusi selalu ada perbedaan pendapat tapi kali ini iya tidak mendapati itu ketika diskusi dengan Parno.

Purna menganggap bahwa Parno benar benar akan selalu sepemikiran dengannya.

Di bulan ke 4, Parno tiba tiba berubah, ia mulai tidak mau bertemu dengan Purna, komunikasi mulai terhambat. Purna berfikir mungkin ia selama ini terlalu banyak berbicara, ia memutuskan untuk mengambil sikap diam.

Purna berpikir itu akan memperbaiki keadaan.

Bulan berganti bulan, Purna merasa mungkin Parno mulai menunjukkan sikap aslinya.

Sudah hal lazim, manusia akan mulai menunjukkan sifat aslinya dengan makin banyak interaksi. Bedanya, Parno seorang yang penakut, tidak percaya diri dengan apa yang miliki, apa yang ia percayai dan apa yang ia imani. Alhasil, jika Purna sangat percaya diri sehingga sifat aslinya bisa terbaca dari awal perkenalan sedangkan Parno membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup untuk menunjukkan sifat aslinya.

Perdebatan kali ini, Purna mempertanyakan apakah Parno memiliki sebuah impian yang ia perjuangkan? Karena semenjak perkenalan Parno hanya selalu berkata " aku ikut aja" aku bisa menjadi apa yang kau rencanakan". Sehingga Purna merancang proyek Pembangunan Bendungan dan nyatanya Parno mengiyakan. 

Ditengah jalan Parno memberontak karena merasa itu bukan dirinya dana rencana tersebut bukan dari dirinya.

Purna menyangkal bahwa selama ini Parno selalu mengiyakan. Dan kata iya adalah kata setuju, dan kata setuju adalah bentuk dari komitmen untuk diwujudkan bersama

Begitulah Purna mengenang masa-masa itu saat bersama Parno.

Pertanyaan Purna tentang impian Parno dijawab dengan tegas. Bahwasanya Parno tidak memiliki Impian.

Purna berfikir kembali seharusnya ketika dia tidak memiliki impian berarti ia bisa memberikan impian kepadanya.

Ibarat gelas yang kosong bisa diisi air apa saja.

Purna berfikir dan merenung, karena pikiran logisnya mulai berkecamuk.

Akhirnya ia menemukan jawaban bahwa Impian dari Parno adalah tidak memiliki impian. 

Jadi analogi bahwa Parno memiliki gelas kosong dan bisa diisi dengan air apa saja adalah sebuah kesalahan.

Purna berfikir mungkin benar gelas itu kosong tetapi posisi gelas bukan pada posisi siap menerima air, Alias gelasnya telungkup. Jadi yang seharusnya bagian yang memiliki lubang itu keatas ini malah dijadikan kebawah.

Purna akhirnya sadar, bahwa bukan persoalan gelasnya kosong atau penuh, tetapi posisi gelas itu terbuka untuk diisi atau tertutup alias telungkup.

Karena jika gelas terisi masih saja bisa diisi dan pastinya akan bisa mempengaruhi. Ibarat satu gelas kopi akan menjadi air putih jika setiap hari di isi air putih, dan kopi akan keluar dengan sendirinya. Tetapi tidak dengan gelas dengan posisi telungkup, sampai kapanpun gelas itu tidak bisa diisi. 

Alhasil, Purna mendapat pelajaran besar dari peristiwa ini bahwa gelas kosong tidak berarti baik.

FURQAN
FURQAN Hobi menanam dan beternak secara organik. Berkeinginan mewujudkan sistem ekonomi yang berkelanjutan.

Posting Komentar untuk "Eps 1 | Gelas Kosong Bukan Pertanda Baik"