Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Mungkinkah Instagram & Tiktok Menjadi Orangtua Masa depan?


Anak-anak dan sosmed


Tepatnya saat jam makan siang, seperti biasa saya selalu makan disebuah rumah makan yang ramah didompet dan enak dilidah. Nah, pasangan pemiliki rumah makan tersebut memiliki  2 orang anak lelaki yang masih berusia sekitar 3-4 tahun. Layaknya anak pada umumnya, rasa ingin tahu yang tinggi membuat si anak sangat aktif bertanya dan bergerak dan terlihat menganggu orangtuanya. Hal itu mungkin kerasa sedikit menjengkelkan bagi orangtuanya yang sedang melayani pembeli. Walaupun kebanyakan pembeli memahami kondisi kedua anak tersebut yang sebenarnya membutuhkan teman bermain.

Tetapi, ketika keingintahuan si anak tidak bisa dibendung dan mengganggu pekerjaan orangtuanya ini, si Ibu kelihatan kehabisan akan dan malah menyodorkan kedua anaknya sebuah handphone dan membuka aplikasi TikTok dan sesekali Instagram. Selanjutnya, si anak mulai aktif men-scroll dan meniru beberapa gaya bicara dan perilaku si content creator yang ada dalam aplikasi tersebut.

Anak sedang bermain Tik-Tok


Saat anak berusia 3-4 tahun, itu merupakan masa-masa paling menentukan bagaimana si anak akan tumbuh nantinya. Pada masa ini ia akan belajar sangat cepat, ia peniru yang baik. Sisi emosional si anak akan diisi secara cepat tanpa terlewatkan sedikitpun. Sebagai contoh, ketika orangtua sehari-hari berbicara dengan lembut, maka si anak akan meniru dan mempraktikkannya. Ketika orangtua setiap hari memberikan perhatian kecil seperti bertanya bagaiamana perasaanmu hari ini? Tadi pagi main apa saja dengan teman sebayanya? Memberikan pelukan kecil dan pujian, maka ia juga akan meniru dan mempraktikkannya kembali pada anda dan temannya. Dan kemungkinan besar, jika ia seterusnya hidup dalam lingkungan yang positif seperti ini maka ketika dewasa kelak ia akan menjadi anak yang penyayang, penuh perhatian dan sangat menghargai orang lain.

Sebaliknya, ketika ia tumbuh dalam suasana sering diabaikan, maka akan menjadi pribadi yang tidak sensitif dengan lingkungan dan cenderung memiliki sifat empati yang rendah.  Begitu juga anak yang tumbuh dalam keluarga yang penuh amarah, maka ia akan menjadi pribadi yang penuh amarah dan dendam.

Tik Tok


Singkatnya, masa ini adalah masa anak mempelajari dan menyimpan semua informasi dalam alam bawah sadar dimana itu akan menjadi perilaku yang otomatis bekerja ketika anak memasuki usia remaja dan dewasa.

Instagram dan Tiktok sendiri, pada dasarnya adalah sebuah platform yang menghubungkan setiap orang sehingga bisa saling berbagi informasi, saling mengirim pesan, dan juga akhir-akhir ini bisa menjadi tempat jual beli layaknya marketplace.

Kedua aplikasi ini bekerja dengan mengandalkan sebuah algoritma dimana ia merekam semua perilaku setiap penggunanya. Tak heran jika anda sering mencari postingan makanan, maka anda akan terus melihat postingan makanan dari content creator lainnya (user). Ini terjadi karena dalam Algoritma Instgram dan Tik Tok, anda dianggap orang yang menyukai jenis konten tersebut.

Intinya apa yang anda suka maka platform tersebut akan terus merekomendasikannya. Tetapi, walaupun demikian, aplikasi ini juga sesekali akan menyangkan beberapa konten yang tidak sesuai dengan apa yang anda sukai. Ini dilakukan supaya si Algoritma bisa mengetahui apakah anda juga termasuk orang yang suka dengan konten dengan tema lainnya? Jika anda suka kedepan jenis konten tersebut akan sering muncul di beranda anda.

Lalu apa hubungannya dengan cerita anak yang menggunakan instagram dan tik tok tadi? Saat ini, batas minimal usia pengguna Tik Tok adalah 13 tahun dan Instagram 18 tahun, yang kebanyakan konten ini memang di desain untuk mereka yang memiliki usia tersebut. Walaupun ada beberapa akun yang menampilkan talent dari kalangan anak-anak dibawah umur seperti memamerkan keseharian anaknya, kemampuan akademik anaknya, teknik-teknik dalam mendidik anak dan seterusnya.Tetapi tetap saja kedua platform ini belum ramah terhadap anak.


Nah, dengan fakta bahwa anak di umur 3-4 tahun tersebut, sangat cepat mempelajari sesuatu dan akan menjadi penentu sifat di masa depan. Sedangkan platform ini tidak di desain sebagai tontonan anak, maka sangat besar kemungkinan ia akan menjadi anak yang akan bermasalah kedepannya.

Jangan sampai  Instagram dan Tik Tok  ini menggantikan peran orangtua dimana seharusnya orangtualah yang menjadi teladan bagi mereka. Hal ini bisa terjadi jika kehadiran Instagram dan Tik Tok  ini lebih mendominasi dalam hidupnya ketimbang orangtua. Yang saya takutkan walaupun secara biologi ia anak anda tetapi secara psikis ia bisa jadi tidak mewakili anda.

Belum lagi ketika orangtua sering memakai platform ini untuk menonton akun-akun hiburan dimana ini tidak sesuai dengan anak. Ketika handphonenya berpindah kepada si anak, dapat dipastikan ia akan menonton apa yang anda tonton. Dan ia akan meniru perilaku apa yang anda tonton. Sangat menakutkan bukan? mungkin anda masih bisa memisahkan mana isi dari tanyangan tersebut yang baik dan buruk, tetapi anak tidak mengenal baik dan buruk, apa yang ia lihat, dengarkan, dan rasakan akan terekam dan menjadi sifatnya di masa depan.

Jadi masih beranikah anda menyerahkan Instagram dan Tik Tok di tangan Anak anda?

 

 

FURQAN
FURQAN Hobi menanam dan beternak secara organik. Berkeinginan mewujudkan sistem ekonomi yang berkelanjutan.

Posting Komentar untuk "Mungkinkah Instagram & Tiktok Menjadi Orangtua Masa depan?"