Saling Menjaga dan Menghormati
Hal ini akan terus terjadi, tak bisa dibendung, layaknya angin yang terus menciptakan ombak, walaupun kapal yang sedang berlayar itu akan tenggelam.
Yang perlu disadari adalah, perselisihan itu pasti memiliki pola
dimana sumbu awal muncul sampai dengan terjadi ledakan.
Saya teringat dengan salah satu guru saya yang mengatakan
bahwa memahami rentetan kejadian itu lebih utama ketimbang menjawab pertanyaan
yang ada.
Karena runtutan masalah terkadang susah dijabarkan karena
tidak memiliki kemampuan untuk memahami jalannya sebuah perselisihan. Disini
kepiwaian kita mulai diuji.
Setiap masalah yang saya hadapi, saya selalu memposisikan diri saya sebagai pelaku, sebagai korban, sebagai Saksi Mata (Pandangan Sosial). Sengan demikian ia akan memiliki sudut pandang yang lebih kaya dan luas. Semua pihak yang terlibat akan merasa didengar dan ikut melihat kejadiaan tersebut dengan berbagai sudut pandang, sehingga bagi yang terllau ngotot dnegan satu sudut pandang sehingga mengabaikan orang lain, ia dapat memahami bahwa pandnagannya sebenarnya merugikan oranglain.
Sebagai contoh seorang anak makan dipinggir jalan sampah membuang
sampah sembarangan. Sehingga ada warga yang menegur. Mungkin jika kita ngotot
bahwa setiap orang punya hak untuk melakukan apa saja, bisa jadi kita akan
membenarkan si anak membuang sampah sembarangan, tetapi jika kita memposisikan diri
selain di sisi si pelaku (si anak) yang mendapat kesempatan untuk bertindak sesukanya,
kita akan memahami bahwa membuang sampah semabrangan akan merugikan warga
sekitar yang tinggal dilingkunagn tersebut.
Dengan demikian kita akan bisa menyimpulkan bahwa kebebasan
si anak seharusnya memperhatikan kerugiaan orang lain, jadi ia bisa bebas
berekspresi tetapi harus menghormarti masyarakat sekitar dengan menjaga kebersihan.
Posting Komentar untuk "Saling Menjaga dan Menghormati"