Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Cina Dari Negara Peniru Menjadi Negara Pencipta

Cina Dari Negara Peniru Menjadi Negara Pencipta

Saya kagum negara Cina, bukan dari sisi pemahaman politik dan sosial yang dianut. Tetapi lebih kepada bagaimana Cina sangat cepat belajar dan membangun kekuatan negaranya, khususnya dalam bidang teknologi, dimana teknologi menjadi andalan utama, tak mungkin rasanya negara maju tidak didukung oleh kemajuan dibidang ini.

Balik ketahun 2015, saat itu saya masih menjadi mahasiswa semester pertama, salah satu kebutuhan yang tak bisa dihindari adalah sebuah ponsel pintar yang mendukung kegiatan perkuliahan dan harganya terjangkau untuk mahasiswa dari keluarga menengah ke bawah.

Nah, pada tahun tersebut sedang gencar-gencarnya produk smartphone dari negara Cina. Tak tanggung-tanggung mereka berani bersaing dengan produk-produk negara yang duluan memegang pasar di Indonesia seperti Samsung dan iphone.


Persaingan Smartphone  

Memakai smartphone Cina masih tercitra memakai produk dengan kualitas rendah, di mana para pemakainya termasuk dalam kategori orang yang tidak memiliki cukup uang untuk memiliki produk sekelas Samsung dan iphone. Dan label itu begitu melekat dikalangan masyarakat kita.


Cina secara konsisten menyuguhkan produk dengan harga lebih murah dan spesifikasi lebih tinggi dibanding dengan pesaing. Lalu apa yang terjadi?

Mendadak pemakai produk Cina menjamur, dan memakai smartphone Cina bukanlah suatu yang aneh bahkan kalau dulunya memakai smartphone Cina apapun mereknya tetap mendapat sindiran “Hape cina ya?” tetapi sekarang yang ada hanyalah nama brand yang terpatri begitu kuat di otak masyarajat tanpa memperdulikan dari mana ia berasal. Brand Smartphone seperti Oppo, realme, xiaomi sepertinya memang tidak bisa diragukan lagi kualitasnya.

Disini kita melihat fenomena dimana anggapan masyarakat yang dulunya meyakini bahwa produk Cina berkualitas rendah dan hanya layak untuk kelangan bawah, sekarang hape Cina setara dengan brand kelas dunia lainnya dan luar biasanya mereka menyediakan produk untuk kelas bawah, menengah dan atas.  Disini berlaku kalimat “Ada harga ada kualitas.”

Saya teringat dengan kata-kata dari Mardigue Wowiek ketika menceritakan bagaiamana sebuah habit (kebiasaan) mampu mengubah segalanya. Dalam kesempatan itu, Mardigu hadir sebagai narasumber di channel End Game milik Gita Wirjawan.

Sebuah kalimat yang menurut saya menarik adalah :

Imitating, Imitating, Inventing

Ini merupakan sebuah mantra sekaligus jimat nya orang Cina sehingga mereka bisa berhasil. Mereka di didik untuk belajar meniru sebanyak mungkin produk-produk yang ada di dunia sehingga mereka bisa menyerap setiap teknologi dari negara lain. Dan itu dilakukan selama bertahun-tahun.

Nah, lama kelamaan dari awalnya hanya sekedar negara peniru, dimana hampir semua hal dengan kualitas terbaik kita bisa saja mendapat imitasinya, atau barang dengan bentuk dan fungsi yang sama tetapi harga lebih rendah. Pada akhirnya  Cina menjadi negara Inventor (penemu).

Buktinya, beberapa aplikasi yang dibuat oleh perusahaan besar di cina membuat beberapa perusahaan di negara lain mencoba mengikutinya atau menirunya, seperti aplikasi mempercantik wajah yaitu meitu, aplikasi kencan online yang lebih duluan viral di cina yaitu Momo rupanya diritu oleh perusahaan lain dengan mengeluarkan Tinder, Kesuksesan drone oleh SZ DJI Technology juga diikuti oleh negara lain.

 

perusahaan teknologi asal Tiongkok yang berkantor pusat di Shenzhen

Lalu pelajaran untuk kita masyarakat Indonesia Apa?

Jika Indonesia ingin menjadi negara super power di tahun 2045, dengan natural resources dan human resources yang berlimpah, sudah saatnya Indonesia meniru Cina dalah hal penerapan system pendidikan untuk belajar menduplikat sebanyak mungkin teknologi di dunia. Setiap pelajar, diwajibkan belajar untuk menciptakan suatu karya yang bisa di implemetasikan di masyarakat. Sehingga kita akan berkiblat pada sistem learn by doing diman akan menghasilkan sumber daya manusia yang berkompeten dan hasil pembelajaran di sekolah langsung bisa diaplikasikan di masyarakat.

 

Pertanyaan selanjutnya adalah beranikah kita untuk memulai?

FURQAN
FURQAN Hobi menanam dan beternak secara organik. Berkeinginan mewujudkan sistem ekonomi yang berkelanjutan.

Posting Komentar untuk "Cina Dari Negara Peniru Menjadi Negara Pencipta"