Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Widget HTML #1

Trigona Lebah Mungil Penghasil Madu Terbaik


Trigona di Blang Beruru Bireuen

Tepatnya dua minggu yang lalu, saya mulai berkenalan dengan lebah kecil bernama kelulut atau nama keren lainnya adalah trigona, penghasil madu dengan ciri khas corong di pintu masuk sarangnya.

Dari hasil beberapa video yang saya tonton, rupanya trigona memiliki kualitas madu dengan propolis yang lebih tinggi dan juga harga yang lebih mahal dibanding madu dari lebah lainnya. Selain itu madu dari trigona memiliki ciri khas lebih asam. Wajar saja bagi beberapa orang madu ini disebut madu asam.

Well, untuk menutupi rasa penasaran yang sudah mengelilingi fikiran saya, dengan sengaja saya membuat status di WA Story yang berbunyi " Urgent mohon informasi peternak Kelulut di daerah Bireuen, terima kasih atas kerjasamanya".

Dari puluhan viewer, tiba-tiba 4 jam kemudian, ada uang merespon WA Story saya. Ternyata dari Pak Opay dari Babinsa Peudada, partner sharing dan kebetulan sama-sama hobi beternak kambing. Walaupun perjumpaan kami hanya sekali saja, tetapi rasa kekeluargaan seperti sudah melekat sejak lama.

" Di Peudada, ada bang Furqon", Pak Opay merespon setelah membaca WA Story' saya.

Karena saya masih dikebun dan jaringannya tidak terlalu stabil saya memutuskan untuk membalas pesan WA beliau pada malamnya setlah saya balik kerumah, karena saya lebih suka berkomunikasi cepat walaupun sebentar, jadi menunda membalas adalah opsi terbaik.

Sesampai di rumah, setelah solat tarawih saya membalas pesan dari pak Opay.

"Itu pak Kelulut/trigona ya? Saya mau lihat sekaligus belajar. Soalnya kambing sudah saya gembala di kebun, jadi biar ada kerjaan di pagi hari, rencananya sekalian rawat kelulut." Ujar saya melalui WA

"Iya trigona pak di daerah Blang Beruru ada anak muda yg mulai merawat" Pak Opay menjawab

Setelah saya yakin bahwa itu peternak trigona saya mencoba mengajak pak Opay untuk melakukan kunjungan ke lokasi peternak.

"Kalau bapak punya waktu kita kesana pak opay?" Tanya saya lagi

"Bisa pak, kapan?" Pak opay menjawab dengan cepat

Lalu saya mengajukan hari senin tanggal 11 Mei 2020 untuk mengunjungi peternak trigona sekaligus belajar beternak trigona. Alhamdulillah pak Opay memberikan tanda kesepakatan kunjungan.

"Bisa pak saya tunggu di peudada, jam selesai apel pagi." Begitulah kalimat penutup dari Pak Opay di pagi itu.

................

Minggu, 11 Mei 2020, Siang itu tiba- tiba pesan singkat masuk ke WA saya, rupanya dari pak Arifin, mahasiswa pasca sarjana kebencanaan di Unsyiah.

"Furqan lagi sibuk enggak?" Pesan pembuka dari pak Arifin

"Masih di kebun pak" saya membalas dengan singkat

Saya tidak menyangka bahwa isi pesan selanjutnya akan seperti ini.

"Oh tadi rencananya mau ke tempat Furqan.Tapi karena lagi di kebun, dan saya pun enggak tahu kebunnya di mana, saya tunda dulu. Kalau siang ke kebun juga?"

Lalu saya menjawab

"Iya pak saya di kebun. Kadang dari pagi juga "

"Kalau bapak ke kebun, bisa saya jemput di titik terdekat, hehehe"

Mungkin karena sudah terlalu sore dan cuaca kelihatan mendung pertemuan ini tidak terjadi, Pak Arifin menunda kunjungannya.

"Oh ok mungkin besok saya kabari, lagi bosan ini, mau cari inspirasi atau mau sharing-sharing aja".

"Saya angon dari jam 13.00 wib sampe jam 16 00 wib, sambil nonton youtube, hehehe." Ujar saya untuk memberikan perkiraan jam berapa beliau bisa berkunjung.

"Oh iya pagi berarti kosong ya?" Balas pak Arifin lagi

"Kosong pak. Besok saya ke matang sekalian beli mantel.

Terus ke peudada liat Kelulut, Bapak ikut?

30 menit aja, nanti kita balik terus langsung ke kebun, hehehe"

Singkat cerita kami menyepakati untuk mengunjungi peternak Kelulut di Blang Beruru, Peudada keesokan harinya.

….......

Dengan semangat pagi yang menggebu-gebu, takut ketinggalan momen terbaik juga saya langsung menuju kamar mandi tepat jam 06.00 Wib, dengan perkiraan sebelum saya ke Peudada, saya sempat membaca beberapa artikel. Setelah mandi saya langsung mengirim pesan ke Pak Opay untuk menanyakan jam berapa kami akan berkunjung ke peternak trigona.

"Assalamualaikum pak.

Hari ini kita bisa ke lokasi budidaya trigona?"

Sambilan menunggu balasan saya membaca beberapa artikel sampai tertidur.

Lalu tiba-tiba hape saya berdering, sebuah panggilan melalui WA masuk dari Pak Arifin. Beliau akan segera meluncur ke ke rumah saya.

"Furqan jam berapa kita ke Peudada?"

"Sekarang pak" sahut saya

Setelah obrolan singkat lalu saya membaca pesan balasan dari Pak Opay

"Waalaikum salam bisa bang jam berapa kemari ? Saya apel dulu di Makodim Blang Blahdeh"

Saya mengatakan kami berangkat jam 10.00 Wib.

"Jam 10 aja pak"

Beberapa menit kemudian, Pak Arifin sampai di rumah, lalu kami berangkat ke Peudada.

...........

Sesampai di Peudada saya menemui Pak Opay dan Pak Riko lalu kami menuju ke peternak Lebah di desa Blang Beruru.

Perjalanan ini memakan waktu 15 menit. Dari jembatan perbatasan Jeumpa dengan Peudada kita terus saja jalan kira2 4 km lalu di sebelah kiri ada sebuah gapura yang berbunyi "selamat datang di desa Tanjong Mulia"

Lalu kami memasuki Gapura, sepanjang perjalanan pemandangan sangat eksotis. Ada rasa ingin melakukan Travelling kembali untuk mengunjungi tempat seindah ini. Perkebunan jagung, sungai kecil dengan suara gemuruh air bergesekan dengan bebatuan, ditambah suara burung yang menambah kenikmatan perjalanan kami.

Di tengah perjalanan kita juga menemukan beberapa pohon berukuran besar, diperkirakan berdiameter 120 cm, daunnya lebat menandakan kesuburan tanah anugerah sang Khalik kepada masyarakat sekitar.

.........

Akhirnya kami sampai juga di rumah peternak trigona, perjalanan lumayan panjang tapi terbayarkan semuanya. Kami berkenalan dengan pemilik trigona, Beliau bernama Yahya, dalam hati saya pemuda ini terkesan kreatif dan memiliki intuisi layaknya seorang pengusaha. Dia berani mencoba sesuatu dimana tidak familiar di lingkungannya, yaitu beternak trigona.

[caption id="attachment_297" align="alignnone" width="3456"] Bang Yahya Sedang Mengambil Foto saya berdua dengan Pak Arifin[/caption]

Nah disini kita mulai bertukar pikiran. Pak Arifin langsung mengeluarkan statement awal.
"Wah, ini kan yang sering dianggap tidak bermanfaat bagi masyarakat kita! Pasalnya kebanyakan ini dibakar karena ditakutkan mengganggu telinga seperti masuk ketelinga. Walaupun trigona ini tidak menyengat tapi tetap saja dianggap mengganggu".
Pak Opay rupanya sudah lebih dulu mempelajari trigona beliau rupanya memiliki Abang angkat di Aceh timur yang sudah sukses beternak kelulut, bahkan beliau dulu pernah menyarankan saudara angkatnya untuk beternak kelulut dan sekarang berhasil.

Mungkin ini pengalaman beliau melihat trigona selama di pulau Jawa sana, apalagi pak Opay sering dipindah tugaskan, jadi wajar saja jika banyak tau tentang potensi hutan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.

Dia menjelaskan bahwa di Aceh timur malah rumah si trigona sudah dibangun bercorak minimalis artinya peternak disana sudah sejahtera mencicipi hasil penjualan madu trigona.

Tak lama kemudian bang Yahya menceritakan bahwa trigona ini memiliki salah satu pantangan terbesar yaitu tidak boleh terkena pestisida atau insektisida. Daerah yang akan dijadikan tempat budidaya trigona harus steril dari zat tersebut. Implikasi yang akan terjadi jika itu dilanggar maka trigona akan mati.

Dan juga patut diingat trigona juga termasuk serangga teritorial artinya mereka juga cenderung akan menguasai rumah Trigona yang lain jika pertahanan dari koloni trigona yang lain itu lemah.

Dia juga menambahkan sebaiknya kita juga menanam beberapa jenis bunga, walaupun trigona bisa dari pohon yang berbuah seperti kelapa, mangga, dan sebagainya tetapi ini untuk mengantisipasi jika keadaan kemarau atau sedang tidak adanya bunga dari pohon yang berbuah.

Bang Yahya sebenarnya baru saja memulai ternak trigona, walaupun demikian dia sudah memiliki beberapa kotak tempat trigona tinggal.

Rumah berbentuk persegi itu memiliki dua bentuk yang nantinya digabungkan. Satu kotak berukuran sekitar 20 cm *15 cm * 25 cm sebagai tempat bertelurnya trigona, sedangkan satu kotak lagi berukuran lebih besar sebagai tempat trigona membuat toping (berbentuk bola kelenteng bewarna coklat) atau tempat trigona menyimpan madu, dengan tinggi sekitar 10 cm, tetapi tidak memiliki penutup permanen supaya muda dibuka saat pengambilan madu, kebiasaan ditutup dengan plastik dan kemudian di letakkan papan penutup yang mudah dibuka lalu diberikan plastik lagi supaya tidak terkana air hujan.

Kotak yang pertama diletakkan dibawah lalu diberi lobang diatasnya dan dihubungkan dengan kotak kedua. Nantinya trigona mudah keluar masuk dari kotak pertama ke kotak kedua. Dan jangan lupa dikotak pertama diberikan lubang kecil sebagai pintu masuk trigona.

Sebagai kaki penumpang bisa dari jenis kayu yang tahan lama lalu ditancapkan ke tanah dan diletakkan kedua kotak tersebut diatas kayu penompang. Jangan lupa diberikan sedikit oli bekas di bagian bawah kaki penompang supaya serangga tidak naik ke kotak trigona.

Saya meminta bang Yahya menunjukkan isi dari kotak kedua, yaitu kotak berisi toping madu. Di situ saya melihat beberapa toping yang sedang dibangun oleh pasukan trigona.

"Kotak ini sudah berumur 3 bulan, karena jumlah trigona sedikit ditambah ukuran toping yang terlalu besar sehingga membuat trigona cenderung lambat membuat toping. Ukuran kotak toping yang besar membuat trigona harus menghabiskan banyak waktu untuk memberikan cairan pelengket di bagian plastik penutup. Tujuannya supaya tidak memudahkan serangga lain masuk dan mengambil madu." Begitulah penjelasan singkat dari bang Yahya kenapa trigonanya belum banyak memproduksi madu

Proses pemanenannya juga mudah cukup dengan alat berupa inject nidle atau jarum suntik ukuran 10 CC lalu di sedot dari setiap toping, jika topingnya masih baru dan tertutup, usahakan membukanya dengan hati-hati dengan ukuran yang mudah untuk di sedot dengan jarum suntik.

Untuk harga pasar sendiri, menurut bang Yahya, harga madu trigona untuk saat ini sekitar Rp.600.000 perkilogram. Sangat fantastis jika kita mampu beternak trigona.

Sedangkan pemasarannya bisa secara online maupun ditawarkan ke teman dan keluarga.

Jikapun belum mencapai tahap komersil, saya setuju apa yang dikatakan pak Opay "setidaknya untuk konsumsi sendiri" dengan demikian kita sudah berusaha menyediakan makanan yang sehat bagi keluarga

.......

Nah, dari hasil belajar saya pada hari ini saya berkesimpulan bahwa beternak trigona lumayan mudah dan tidak memakan waktu yang banyak, tinggal mencari sarang dan memindahkannya ke kotak atau rumah barunya. Menjaga dari serangga pengganggu yang lain, menjaga lingkungan bebas dari pestisida, insektisida. Lalu memanen trigona jika toping sudah terisi madu.

Sebagai penutup kata, salah satu kalimat motivasi bagi kita yang menganggap sudah terlambat memulai usaha ini. Pak Riko mengatakan " Biasanya orang yang terlambat memulai, kebanyakan banyak yang berhasil". Jadi ditunggu apalagi selagi masih mempunyai waktu tidak ada kata terlambat.

SALAM PETERNAK TRIGONA
FURQAN
FURQAN Hobi menanam dan beternak secara organik. Berkeinginan mewujudkan sistem ekonomi yang berkelanjutan.

2 komentar untuk "Trigona Lebah Mungil Penghasil Madu Terbaik"

  1. Hallo bg, salam BG pas ke sana ada kendala tidak saat di perjalanan.

    BalasHapus
  2. Insya allah aman aja.

    BalasHapus